Labil Karakterisasi (tsah..)

on Kamis, Oktober 17, 2013
Bismillah.
ohayo gozaimas-mba!

*ngepel-ngepel blog, berdebuh gan!* fiuh!
pengen ngeposting nih...(biar gak dikirain blog ini udah tewas. ngehehe)


“Dunia, primadona yang lusuh…”


Dunia merupakan salah satu ciptaan Tuhan-seperti halnya manusia dan makhluk hidup yang lainnya-, dia hidup,berkembang, menikmati amanah dari Tuhan, lalu menua dan mati. Sekilas namun pasti, ungkapan diatas mampu mewakili sosok dunia kita saat ini. Usia dunia yang tidak lagi teenager, tidak lagi unyu-unyu seperti bahasa gaul yang sering kita dengar. Namun, harus kita akui bahwa dunia merupakan sosok primadona-bahkan lebih dari itu- yang keindahannya kadang tak mampu diwakili dengan muntahan kata-kata indah, saking aduhainya ciptaan dari sang Pencipta ini.

Nah, berbicara tentang dunia dengan segala keindahannya, sebenarnya hal yang paling utama adalah “penghuni” yang berada didalamnya yaitu manusia. Tidak ada makhluk lain selain manusia yang memiliki tanggung jawab penuh atas kelusuhan dunia kita dewasa ini. Well.. alih-alih bertanggung jawab, yang terjadi malah sebaliknya. Kelusuhan dunia yang fatal bukan tanpa alasan, mari kita menengok sejenak krisis moral yang sedang melanda dunia(khususnya Negara kita), antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, pornografi, penyalahgunaan obat-obatan, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman dan keluarga,kebiasaan menyontek dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas

Secara pribadi, saya selalu bertanya-tanya, apakah karakter seorang manusia berperan penting terhadap moralitas bangsa kita saat ini? Seperti pembahasan kita sebelumnya, bahwa bangsa ini sedang mengalami krisis moral(stadium 4) yang artinya bahwa kita juga sedang mengalami krisis karakter atau mungkin Labil Karakterisasi???(tsahh.. bahasanya Vicki banget yee?). Oleh karena itu, mari kita menyatukan pendapat bahwa kita memang sedang mengalami krisis karakter.

PR kita BESAR, merayakan kemenangan KECIL.

Pertanyaan yang akhirnya akan timbul walau sebenarnya sangat sering kita ucapkan, “karakter itu apa sih, qaqa?”. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1995:445), istilah “karakter” berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, juga diartikan sebagai tabiat atau watak. Sedangkan dalam istilah Inggris, karakter berpadanan dengan “character” yang dalam Oxford Advace Learner’s Dictionary of Current English (2000) dapat diartikan: strong personal qualities such as the ability to deal with difficult or dangerous situations (kualitas pribadi yang tangguh misalnya kemampuan dalam menghadapi situasi yang sulit atau berbahaya). Secara sederhana, karakter adalah satu atau berbagai hal(baik positif maupun negative) yang terus kita lakukan secara berulang hingga menjadi kebiasaan, lalu kebiasaan itu kita jaga dan secara perlahan namun pasti itulah yang terbentuk menjadi karakter.

Dua contoh kecil terkait hubungannya dengan karakter:yang pertama yaitu karakter pada tokoh kartun spongebob. Spons yang imut dan baik hati serta rajin menabung ini berperan sebagai karyawan pada salah satu restoran Gaul di bawah laut yang bernama Crusty Crab. Ia sangat patuh pada atasannya(si kepiting bermata dollar), Ia tidak pernah telat dan tentunya tidak pernah izin(bahkan terkadang di hari libur, ia pun tetap datang untuk bekerja). Ajaibnya, ia rela lho tidak diberikan upah selama bekerja asalkan ia tetap menjadi pegawai teladan dan terbaik di restoran tersebut, Ia sudah sangat bahagia. Contoh yang kedua, jatuh pada tokoh kartun yang bernama Nobita(hayoo yang merasa mantannya nobita angkat tangan!). Nobita adalah seorang anak laki-laki dari keluarga sederhana sekaligus berstatus sebagai pelajar. Ia berkacamata(sekilas nampak jenius), namun faktanya ia sangatlah malas pergi kesekolah, malas belajar dan mengerjakan homework, jika sudah begitu maka robot doraemon lah yang menjadi tempat ia mengadu, mengiba dan meminta alat canggih untuk menyelesaikan masalahnya. Nah, dari kedua contoh tersebut kita bisa melihat dua karakter yang berbeda. Yang mana keduanya memiliki dan memulai kebiasaan yang berbeda pula, hingga itu berujung pada karakter mereka. Dalam kehidupan nyata, jika tidak ada usaha untuk mengubahnya, maka karakter seperti itulah yang akan kita bawa sampai mati.

Dalam konteks personal, sudah menjadi kewajiban kita untuk menciptakan atau mungkin merubah karakter negative menjadi positif. Banyak orang disekeliling kita yang ber”karakter” namun tidak memberikan pengaruh dan perubahan positive. Sehingga, mereka tidak pantas menjadi panutan. Disisi lain, ada juga beberapa orang yang bangga dengan karakter negative yang ia miliki. Misalnya: sering outtime, berbohong, menghina orang lain hingga itu menjadi bahan tertawaan berjama’ah(tidak sadar mungkin ya? Padahal itu dosanya bisa berpuluh-puluh kali lipat. Izzzz…naudzubillah!) dan yang lucunya adalah ketika kita sendiri tidak mampu untuk mengubah, lalu menciptakan dan membangun karakter positive pada diri kita, sementara kita sibuk men-judge orang lain dengan berbagai macam pendapat negative.


“banyak orang mengatakan bahwa kepintaranlah yang melahirkan seorang ilmuwan besar. Mereka keliru, karena penyebab utamanya adalah karakter.” (Albert Einstein)


Seorang ilmuwan besar kelas dunia sudah berpendapat bahwa kecerdasan bukanlah kendaraan utama yang mengantarkan namanya hingga ke berbagai pelosok dunia, namun karakter lah yang menjadi kunci utama. Masalah besar bangsa kita bukan pada kekurangan sumber daya manusia seperti yang sering di gembar-gemborkan di media, tapi masalah besar kita terletak pada labil karakterisasi. Lantas, apa yang harus kita lakukan? Yang pertama adalah NIAT dan memahami bahwa hal utama untuk menciptakan karakter positive adalah dengan mengetahui bagaimana konsep kebaikan atau berbuat baik serta bagaimana berbicara dan bertingkah laku yang baik. Berangkat dari pengetahuan itu, sedikit demi sedikit kita mampu termotivasi untuk melakukan suatu perubahan pola pikir dan tingkah laku menjadi lebih baik sehingga tercipta karakter yang positive. Kita semua memiliki cita-cita yang sama, ingin merasakan perubahan yang besar, baik untuk diri kita sendiri dan terlebih lagi untuk bangsa ini, tapi kok kita masih saja ogah-ogahan melakukan perubahan bahkan panas-panas tahi ayam. Mulai detik ini, yuk… kita benahi pola pikir kita(kalau perlu diganti aja deh, buat pikiran kita lebih open minded), berani dan berlapang dada menerima masukan positive, bertutur kata yang sopan dan santun, bertindak cepat dan tepat serta diikuti dengan do’a yang tulus dan ikhlas pada Yang Maha Kuasa. Semoga, dari perubahan positive ini, kemenangan-kemenangan kecil akan sering kita rayakan. Cheers!


enjoy the posting eperibadih! (saya mau bewe dulu.. tataaaa)






sumber: ilmu pengetahuan